Senin, 23 September 2013

Ilmu agama yang bermanfaat, anak sholeh yang selalu mendoakan ortunya dan sedekah jariyah adalah di antara amalan yang bermanfaat bagi mayit walaupun ia sudah di alam kubur. Simak sajian singkat berikut.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Faedah dari hadits di atas:

Pertama: Jika manusia itu mati, amalannya terputus. Dari sini menunjukkan bahwa seorang muslim hendaklah memperbanyak amalan sholeh sebelum ia meninggal dunia.

Kedua: Allah menjadikan hamba sebab sehingga setelah meninggal dunia sekali pun ia masih bisa mendapat pahala, inilah karunia Allah.

Ketiga: Amalan yang masih terus mengalir pahalanya walaupun setelah meninggal dunia, di antaranya:

  1. Sedekah jariyah, seperti membangun masjid, menggali sumur, mencetak buku yang bermanfaat serta berbagai macam wakaf yang dimanfaatkan dalam ibadah.
  2. Ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu syar’i (ilmu agama) yang ia ajarkan pada orang lain dan mereka terus amalkan, atau ia menulis buku agama yang bermanfaat dan terus dimanfaatkan setelah ia meninggal dunia.
  3. Anak yang sholeh karena anak sholeh itu hasil dari kerja keras orang tuanya. Oleh karena itu, Islam amat mendorong seseorang untuk memperhatikan pendidikan anak-anak mereka dalam hal agama, sehingga nantinya anak tersebut tumbuh menjadi anak sholeh. Lalu anak tersebut menjadi sebab, yaitu ortunya masih mendapatkan pahala meskipun ortunya sudah meninggal dunia.
Keempat: Di antara kebaikan lainnya yang bermanfaat untuk mayit muslim setelah ia meninggal dunia yang diberikan orang yang masih hidup adalah do’a kebaikan yang tulus kepada si mayit tersebut. Do’a tersebut mencakup do’a rahmat, ampunan, meraih surga, selamat dari siksa neraka dan berbagai do’a kebaikan lainnya.

Kelima: Sabda nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam “atau anak sholeh yang mendo’akannya”, tidaklah dipahami bahwa do’a yang manfaat hanya dari anak saja. Bahkan do’a kebaikan orang lain untuk si mayit tersebut tetap bermanfaat insya Allah. Oleh karena itu, kaum muslimin disyari’atkan melakukan shalat jenazah terhadap mayit lalu mendo’akan mayit tersebut walaupun mayit itu bukan ayahnya.

Keenam: Dalam hadits terdapat isyarat adanya keutamaan menikah, juga terdapat dorongan untuk menikah dan memperbanyak keturunan supaya mendapatkan keturunan sholeh (sehingga bermanfaat nantinya ketika kita telah meninggal dunia, pen).
Posted by Unknown On 09.30 No comments READ FULL POST

Jumat, 20 September 2013

Shalat sunnah bermanfaat untuk menutupi kekurangan pada shalat wajib. Kita tahu dengan pasti bahwa tidak ada yang yakin shalat 5 waktunya dikerjakan sempurna. Kadang tidak konsentrasi, tidak khusyu’ (menghadirkan hati), juga kadang tidak tawadhu’ (tenang) dalam shalat. 


Sahabat fillah, berikut adalah manfaat dari merutinkan shalat sunnah . Semoga dapat memberi motivasi bagi kita.


1. Menutupi Kekurangan pada Shalat Wajib

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya amalan yang pertama kali dihisab pada manusia di hari kiamat nanti adalah shalat. Allah ‘azza wa jalla berkata kepada malaikat-Nya dan Dia-lah yang lebih tahu, “Lihatlah pada shalat hamba-Ku. Apakah shalatnya sempurna ataukah tidak? Jika shalatnya sempurna, maka akan dicatat baginya pahala yang sempurna. 

Namun jika dalam shalatnya ada sedikit kekurangan, maka Allah berfirman: Lihatlah, apakah hamba-Ku memiliki amalan sunnah. Jika hamba-Ku memiliki amalan sunnah, Allah berfirman: sempurnakanlah kekurangan yang ada pada amalan wajib dengan amalan sunnahnya.” Kemudian amalan lainnya akan diperlakukan seperti ini.” (HR. Abu Daud - Ibnu Majah ) 


2. Dengan Ijin dan rahmat Nya akan menghapus dosa dan meninggikan derajat

Ma’dan bin Abi Tholhah Al Ya’mariy, ia berkata, “Aku pernah bertemu Tsauban –bekas budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam-, lalu aku berkata padanya, ‘Beritahukanlah padaku suatu amalan yang karenanya Allah memasukkanku ke dalam surga’.” Atau Ma’dan berkata, “Aku berkata pada Tsauban, ‘Beritahukan padaku suatu amalan yang dicintai Allah’.” Ketika ditanya, Tsauban malah diam.

Kemudian ditanya kedua kalinya, ia pun masih diam. Sampai ketiga kalinya, Tsauban berkata, ‘Aku pernah menanyakan hal yang ditanyakan tadi pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda,

“Hendaklah engkau memperbanyak sujud (perbanyak shalat) kepada Allah. Karena tidaklah engkau memperbanyak sujud karena Allah melainkan Allah akan meninggikan derajatmu dan menghapuskan dosamu’.” (HR. Muslim). 

3. Dengan Ijin dan rahmat Nya, akan dekat dengan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam di surga

Dari Rabiah bin Ka’ab Al-Aslami -radhiyallahu ‘anhu- dia berkata,

“Saya pernah bermalam bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu aku membawakan air wudhunya dan air untuk hajatnya. Maka beliau berkata kepadaku, “Mintalah kepadaku.” Maka aku berkata, “Aku hanya meminta agar aku bisa menjadi teman dekatmu di surga.” Beliau bertanya lagi, “Adakah permintaan yang lain?” Aku menjawab, “Tidak, itu saja.” Maka beliau menjawab, “Bantulah aku untuk mewujudkan keinginanmu dengan banyak melakukan sujud (memperbanyak shalat).” (HR. Muslim)

4. Shalat adalah sebaik-baik amalan

Dari Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Beristiqamahlah kalian dan sekali-kali kalian tidak dapat istiqomah dengan sempurna. Ketahuilah, sesungguhnya amalan kalian yang paling utama adalah shalat. Tidak ada yang menjaga wudhu melainkan ia adalah seorang mukmin.” (HR. Ibnu Majah - Ahmad)

5. Dengan Ijin dan rahmat Nya, akan menggapai Wali Allah yang terdepan

Orang yang rajin mengamalkan amalan sunnah secara umum, maka ia akan menjadi wali Allah yang istimewa. Bagaimana jalannya..

Bahwa ketika seorang mukmin mengenal Tuhanya, maka ia mencintai Nya. Ketika ia mencintai Nya, maka ia berusaha mendekati Nya. Ketika ia merasakan kelezatan dari upaya mendekatkan diri kepada Allah, maka ia memandang dunia ini tidak dengan penglihatan penuh nafsu dan ia akan memandang akhirat dengan penuh kegembiraan. Kelezatan berdekatan dengan Allah itu menjadikan ia tidak nyaman dengan keindahan dunia , dan memberinya kegembiraan akan negeri akhirat. 

Ketika kedekatannya membuahkan kelezatan bersama Allah, maka ia tak pernah bosan dan rindu kepada Nya, bagaikan rindunya bertemu  Kekasih... 

Ia pun akan berupaya untuk terus dekat dengan Nya dengan ibadah-ibadah sunnah seperti puasa daud/senin kamis, shalat tahajud, berdzikir yang melarutkan qalbu ... serta membaca kalam Allah. 

Lalu apa yang dimaksud wali Allah?

Allah Ta’ala berfirman,

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah (kekasih Allah) itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” (QS. Yunus: 62-63)

Perlu diketahui bahwa wali Allah ada dua macam: 
(1) As Saabiquun Al Muqorrobun(wali Allah terdepan) dan 
(2) Al Abror Ash-habul yamin(wali Allah pertengahan).

As saabiquun al muqorrobun adalah hamba Allah yang selalu mendekatkan diri pada Allah dengan amalan sunnah di samping melakukan yang wajib serta dia meninggalkan yang haram sekaligus yang makruh.

Al Abror ash-habul yamin adalah hamba Allah yang hanya mendekatkan diri pada Allah dengan amalan yang wajib dan meninggalkan yang haram, ia tidak membebani dirinya dengan amalan sunnah dan tidak menahan diri dari berlebihan dalam yang mubah.

Mereka inilah yang disebutkan dalam firman Allah Ta’ala,

“Apabila terjadi hari kiamat,tidak seorangpun dapat berdusta tentang kejadiannya.(Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain), apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya,dan gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya,maka jadilah ia debu yang beterbangan, dan kamu menjadi tiga golongan. Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu. Dan golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu.Dan orang-orang yang beriman paling dahulu. Mereka itulah yang didekatkan kepada Allah. Berada dalam jannah kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu,dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian.” (QS. Al Waqi’ah: 1-14) 

6. Dengan Ijin dan rahmat Nya, niscaya Allah akan beri petunjuk pada pendengaran, penglihatan, kaki dan tangannya, serta doanya pun mustajab

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Allah Ta’ala berfirman: Barangsiapa memerangi wali (kekasih)-Ku, maka Aku akan memeranginya. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan wajib yang Kucintai. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku akan melindunginya.” (HR. Bukhari )


Seorang hamba yang senang mendekatkan diri kepada Allah, melakukan amalan sunnah di samping melakukan amalan wajib, akan mendapatkan kecintaan Allah. Sehingga karena kedekatan hubungan dengan Allah itulah Allah akan berikan petunjuk pada pendengaran, penglihatan, tangan dan kakinya, serta mustajabnya do’a.
Posted by Unknown On 09.07 No comments READ FULL POST

Kamis, 19 September 2013

Puasa adalah amalan yang sangat utama. Dengan puasa seseorang akan terlepas dari berbagai godaan syahwat di dunia dan terlepas dari siksa neraka di akhirat. Puasa pun ada yang diwajibkan dan ada yang disunnahkan. Setelah kita menunaikan yang wajib, maka alangkah bagusnya kita bisa menyempurnakannya dengan amalan yang sunnah. Ketahuilah bahwa puasa sunnah nantinya akan  menambal kekurangan yang ada pada puasa wajib. Oleh karena itu, amalan sunnah sudah sepantasnya tidak diremehkan.
Keutamaan Orang yang Berpuasa

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ

“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.”” (HR. Muslim no. 1151)

Dalam riwayat lain dikatakan,

قَالَ اللَّهُ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامَ ، فَإِنَّهُ لِى

“Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku”.” (HR. Bukhari no. 1904)

Dalam riwayat Ahmad dikatakan,

قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ كُلُّ الْعَمَلِ كَفَّارَةٌ إِلاَّ الصَّوْمَ وَالصَّوْمُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ

“Allah ‘azza wa jalla berfirman (yang artinya), “Setiap amalan adalah sebagai kafaroh/tebusan kecuali amalan puasa. Amalan  puasa adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya”.” (HR. Ahmad. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim)

Di antara ganjaran berpuasa sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas.

Pahala yang tak terhingga bagi orang yang berpuasa
Amalan puasa khusus untuk Allah
Sebab pahala puasa, seseorang memasuki surga
Dua kebahagiaan yang diraih orang yang berpuasa yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya.
Bau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah lebih harum daripada bau minyak kasturi.
Lakukanlah Puasa dengan Ikhlas dan Sesuai Tuntunan Nabi

Agar ibadah diterima di sisi Allah, haruslah terpenuhi dua syarat, yaitu:

Ikhlas karena Allah.
Mengikuti tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (ittiba’).
Jika salah satu syarat saja yang terpenuhi, maka amalan ibadah menjadi tertolak.

Dalil dari dua syarat di atas adalah firman Allah Ta’ala,

فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".” (QS. Al Kahfi: 110)

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, “Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh”, maksudnya adalah mencocoki syariat Allah (mengikuti petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, pen). Dan “janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”, maksudnya selalu mengharap wajah Allah semata dan tidak berbuat syirik pada-Nya. Inilah dua rukun diterimanya ibadah, yaitu harus ikhlas karena Allah dan mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”[1]

Al Fudhail bin ‘Iyadh tatkala menjelaskan mengenai firman Allah,

لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا

“Supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS. Al Mulk [67] : 2), beliau mengatakan, “yaitu amalan yang paling ikhlas dan showab (mencocoki tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam).”

Lalu Al Fudhail berkata,  “Apabila amal dilakukan dengan ikhlas namun tidak mencocoki ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, amalan tersebut tidak akan diterima. Begitu pula, apabila suatu amalan dilakukan mengikuti ajaran beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam namun tidak ikhlas, amalan tersebut juga tidak akan diterima.” (Jami’ul Ulum wal Hikam, hal. 19)

Baca tentang syarat diterimanya ibadah di sini.

Dalil Anjuran Puasa Senin-Kamis


[Dalil pertama]

Dari Abu Qotadah Al Anshori radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya mengenai puasa pada hari Senin, lantas beliau menjawab,

ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَىَّ فِيهِ

“Hari tersebut adalah hari aku dilahirkan, hari aku diutus atau diturunkannya wahyu untukku.”[2]

[Dalil kedua]

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تُعْرَضُ الأَعْمَالُ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِى وَأَنَا صَائِمٌ

“Berbagai amalan dihadapkan (pada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka jika amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa.”[3]

[Dalil ketiga]

Dari ‘Aisyah, beliau mengatakan,

إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَتَحَرَّى صِيَامَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ.

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menaruh pilihan berpuasa pada hari senin dan kamis.”[4]


Faedah Puasa Senin-Kamis

Beramal pada waktu utama yaitu ketika catatan amal dihadapkan di hadapan Allah.
Kemaslahatan untuk badan dikarenakan ada waktu istirahat setiap pekannya.

Catatan: Puasa senin kamis dilakukan hampir sama dengan puasa wajib di bulan Ramadhan. Dianjurkan untuk mengakhirkan makan sahur dan menyegerakan berbuka. Untuk masalah niat, tidak ada lafazh niat tertentu. Niat cukup dalam hati.

Amalan yang Terbaik adalah Amalan yang Bisa Dirutinkan

Dari ’Aisyah –radhiyallahu ’anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya. [5]

Dari ’Aisyah, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah. Rasul shallallahu ’alaihi wa sallam menjawab,

أَدْوَمُهُ وَإِنْ قَلَّ

”Amalan yang rutin (kontinu), walaupun sedikit.”[6]

’Alqomah pernah bertanya pada Ummul Mukminin ’Aisyah, ”Wahai Ummul Mukminin, bagaimanakah Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam beramal? Apakah beliau mengkhususkan hari-hari tertentu untuk beramal?” ’Aisyah menjawab,

لاَ. كَانَ عَمَلُهُ دِيمَةً وَأَيُّكُمْ يَسْتَطِيعُ مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَسْتَطِيعُ

”Tidak. Amalan beliau adalah amalan yang kontinu (rutin dilakukan). Siapa saja di antara kalian pasti mampu melakukan yang beliau shallallahu ’alaihi wa sallam lakukan.”[7]

Baca tentang amalan yang kontinu di sini.

Semoga Allah memudahkan kita melakukan amalan yang mulia ini. Amalan yang rutin biar pun sedikit, itu lebih baik.

Nantikan pembahasan mengenai puasa-puasa sunnah lainnya. Semoga Allah mudahkan.

Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.
Posted by Unknown On 08.44 No comments READ FULL POST

Rabu, 18 September 2013

Pada kesempatan ini akan diuraikan mengenai 14 keutamaan sholat malam. Banyak hadits Rasulullah SAW yang menjelaskan fadillah dan keutamaan sholat malam diantaranya :

Pertama : Sholat malam adalah ibadah yang biasa dikerjakan orang-orang sholeh, ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah SWT, penghapus berbagai kesalahan dan pencegah dari perbuatan dosa, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
"Hendaklah kalian sholat malam, karena sholat malam adalah kebiasaan yang dikerjakan orang-orang sholeh sebelum kalian, ia adalah ibadah yang mendekatkan diri kepada Rabb kalian, penghapus berbagai kesalahan dan pencegah perbuatan dosa." (HR. Tirmidzi)

Kedua : Sholat malam merupakan sholatnya para abraar (orang-orang yang banyak berbuat kebaikan), Nabi SAW jika mendoakan salah seorang diantara sahabat beliau berkata :
"Semoga Allah menjadikan atas kamu sholatnya orang-orang yang banyak berbakti, mereka sholat di malam hari dan berpuasa di siang hari, mereka tidak mempunyai dosa dan tidak pula melakukan kejahatan." (HR. Abd al-Humaid dan abd-Dhiyaa' al Maqdisi dan disahihkan oleh Syeikh al-Albani r.a [silsilah al-Ahadits ash-Shahiihah no : 1810])

Ketiga : Sholat malam adalah sholat yang disaksikan (masyhudah). Rasulullah SAW bersabda :
"Sesungguhnya dekat-dekatnya Allah kepada seorang hamba adalah di tengah malam, maka jika kamu mampu tergolong orang-orang yang mengingat Allah pada saat itu, jadilah." (HR. Ibnu Khuzaimah dalam "shahihnya" no : 1085)
Dari Amr bin Abasah r.a. berkata :
Aku berkata : Wahai Rasulullah, (bagian) dari malam manakah yang paling didengar (oleh Allah)? beliau bersabda : "Pertengahan malam yang terakhir, maka sholatlah sesukamu, karena sholat tersebut disaksikan dan dicatat hingga kamu sholat subuh." (HR. Abu Dawud)
Hadits Ali bin Abi Thalib r.a., Rasulullah SAW bersabda :
"Sesungguhnya seorang hamba bila bersiwak, lalu berdiri mengerjakan sholat, maka berdirilah seorang malaikat dibelakangnya lalu mendengarkan bacaannya dengan seksama kemudian dia mendekatinya - atau beliau mengucapkan kalimat seperti itu - hingga malaikat itu meletakkan mulutnya di atas mulutmu, maka tidaklah keluar dari mulutnya bacaan Al-Qur'an itu melainkan langsung ke perut malaikay, oleh sebab itu bersihkanlah mulut-mulut kalian untuk membaca Al-Qur'an."

Keempat : Sholat malam salah satu amal yang menyebabkan pelakunya masuk surga berdasarkan sabda Nabi SAW :
"Wahai manusia! Sebarkanlah salam, berilah makan dan sholatlah di malam hari ketika manusia sedang tidur lelap, niscaya kamu masuk surga dengan penuh kedamaian." (HR. Ibnu Majah)

Kelima : Orang yang bangun dari tidurnya untuk mengerjakan sholat niscaya akan terlepas dari ikatan setan, dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda :
"Setan mengikat tiga ikatan pada bagian belakang kepala salah seorang di antara kamu ketika tidur, dia mengencangkan setiap ikatan itu (seraya berkata) malam yang panjang bagimu, maka tidurlah! jika ia bangun lalu mengingat Allah, terlepaslah satu ikatan, jika ia berwudhu maka terbukalah satu ikatan lagi, dan jika ia sholat terbukalah sata ikatan lagi, lalu ia menjadi semangat lagi veria dan jika tidak, jiwanya menjadi jelek lagi malas." (HR. Bukhari)

Keenam : Sholat malam sebagai sebab rahmat dan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya, berdasarkan hadits Rasulullah SAW :
"Allah merahmati seorang suami yang bangun dimalam hari lalu dia sholat dan membangunkan isterinya, jika sang istri enggan, ia percikkan air ke wajahnya dan Allah merahmati seorang istri yang bangun di malam hari lalu dia sholat dan membangunkan suaminya jika suaminya enggan, dia percikkan air pada wajahnya." (HR. Abu Dawud)
Hadits ini sebagai anjuran untuk membangunkan isteri/keluarga agar mengerjakan sholat malam.

Ketujuh : Orang yang mengerjakan sholat malam memperoleh cinta Allah, dari Abu Darda' r.a. berkata Nabi SAW bersabda :
"Tiga golongan yang Allah mencintai dan tertawa kepada mereka serta memberi mereka berita gembira; orang yang manakala ada sekelompok pasukan terbuka peluang perang, dia berperang di belakang barisan pasukan itu dengan dirinya karena Allah SWT, (dia diantara satu dari dua pilihan) terbunuh atau dimenengkan oleh Allah SWT dan dicukupinya, maka Dia berkata : "Lihatlah kepada hamba-Ku ini, bagaimana ia bersabar dengan dirinya karena Aku. Orang yang mempunyai isteri yang cantik dan kasur yang lembut lagi bagus, lalu dia bangun sholat di malam hari, maka Allah berkata : Dia meninggalkan syahwatnya dan mengingat Aku, sekiranya dia mau tentunya dia tidur dan orang yang mana bila dia berada dalam perjalanan bersama para musafir yang bergadang lalu tidur maka dia bangun sholat di akhir malam baik dalam kondisi tidak senang atau senang." (HR. Thabrani)

Delapan : Sholat malam memasukkan seorang hamba tergolong orang-orang yang banyak berdzikir mengingat Allah, berdasarkan hadits Abu Hurairah dan Abu Sa'id al-Khudri r.a., Rasulullah SAW bersabda :
"Apabila seorang suami membangunkan isterinya di malam hari lalu mereka sholat berjama'ah dua raka'at niscaya mereka dicatat tergolong orang-orang yang banyak mengingat (Allah)." (HR. Abu Dawud)
Sedangkan orang yang banyak berdzikir mengingat Allah, akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar di sisi-Nya. Allah SWT berfirman :
"Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar." (Al-Ahzaab : 35)

Sembilan : Orang-orang yang paling mulia di antara umat ini, mereka yang senantiasa mengerjakan sholat di malam hari, Abdullah bin Abbas r.a. meriwayatkan dari Rasulullah SAW beliau bersabda :
"Orang-orang yang paling mulia dari umatku adalah para pembawa Al-Qur'an dan orang-orang yang senantiasa sholat di malam hari." (HR. Ibnu Abid Dun-ya dan al-Baihaqi)
Dalam hadits Sahl bin Sa'ad dia berkata :
"Jibril pernah datang kepada Nabi SAW lalu berkata : "wahai Muhammad! hiduplah sesukamu, sesungguhnya engkau akan mati, berbuatlah sekenhendakmu sesungguhnya engkau akan dibalas dengannya dan cintailah siapa saja yang engkau sukai, sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya, ketahuilah bahwa kemuliaan seorang mu'min adalah (dengan) sholat malam dan kehormatan/keperkasaan manakala tidak tergantung kepada manusia." (HR. Thabrani)

Sepuluh : Sholat malam sholat yang paling afdhol setelah sholat lima waktu, berdasarkan hadits Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda :
"Puasa yang paling afshol setelah puasa ramadhan adalah di bulan Muharram dan sholat yang paling afdhol setelah sholat wajib adalah sholat malam." (HR. Muslim)
Dan Riwayat yang lain beliau bersabda :
"Sholat yang paling afdhol setelah sholat wajib adalah sholat di tengah malam." (HR. Muslim)

Sebelas : Orang-orang yang senantiasa sholat malam memiliki surga yang khusus untuk mereka. Dari Abdullah bin Umar dari Nabi SAW bersabda :
"Sesungguhnya di surga ada sebuah ruangan yang mana bagian luarnya dapat dilihat dari dalmnya dan bagian dalamnya dapat dilihat dari luarnya, Allah menyiapkannya untuk orang yang memberikan makan, melembutkan tutur kata, senantiasa mengikuti sholat dan sholat di malam hari ketika manusia sedang tidur lelap." (HR. Thabrani)
Pada redaksi yang lain berbunyi :
"Sesungguhnya di surga itu ada sebuah ruangan yang mana bagian luarnya dapat dilihat dari dalmnya dan bagian dalamnya dapat dilihat dari luarnya", maka Abu Malik al-Asy'ariy bertanya : "untuk siapakah ruangan itu, wahai Rasulullah? "beliau bersabda : "Untuk orang yang baik pembicaraannya, yang memberikan makan dan sholat di malam hari ketika manusia sedang tidur." (HR. Thabrani)

Dua Belas : Setiap malam ada dua saat, jika seorang hamba berdo'a pada saat tersebut niscaya do'anya terkabul, berdasarkan hadits jabir bin Abdullah r.a. beliau berkata aku mendengar Nabi SAW bersabda :
"Sesungguhnya pada malam hari ada dua saat, tidaklah seorang muslim memohon kepada Allah kebaikan dari urusan dunia dan akhirat bertepatan dengan saat tersebut, melainkan Dia memberikan permohonan dan hal tersebut pada setiap malam." (HR. Muslim)
Tiga Belas : Abdullah bin Mas'ud berkata :
"Sesungguhnya Allah tertawa kepada dua orang, seorang yang bangun meninggalkan kasur dan selimutnya di malam yang dingin, lalu ia berwudhu kemudian is sholat, maka Allah SWT berkata kepada para malaikat-Nya : "Apa yang mendorong hamba-Ku ini berbuat demikian? Mereka menuturkan : "(Karena) mengharapkan apa yang ada di sisi-Mu dan takut dari apa yang ada di sisi-Mu", maka Allah-pun berkata : "Sesungguhnya Aku telah memberikan apa yang diharapkannya dan mengamankannya dari apa yang ditakutinya." (HR. ath-Thabrani)

Empat Belas : Orang yang berniat akan bangun di malam hari untuk melaksanakan sholat malam, lalu tertidur maka dicatat baginya pahala sholat malam, dari Abu Darda r.a. berkata, Nabi SAW bersabda :
"Barang siapa mendatangi kasurnya dengan niat akan bangun untuk sholat di tengah malam, kemudian dia tertidur hingga pagi hari, niscaya dicatat baginya niatnya, dan tidurnya sebagai sedekah dari Rabb-nya." (HSR Nasaa'i, Ibn Majah, Ibn Khuzaimah)

Posted by Unknown On 08.39 No comments READ FULL POST

Selasa, 17 September 2013

Rasulullah Shallallohu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Setiap tulang dan persendian badanmu ada sedekahnya, setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap amar ma’ruf adalah sedekah, dan setiap nahi munkar adalah sedekah. Maka yang dapat mencukupi hal itu hanyalah dua raka’at yang dilakukannya dari sholat dhuha,” (HR. Ahmad, Muslim, dan Abu Dawud).
Meraih sehat tidak hanya dengan cara berolahraga, tapi bisa diraih lewat beribadah, salah satunya dengan ibadah sholat dhuha. Rasulullah Saw bersabda “Shalat dhuha itu shalat orang yang kembali kepada Allah, setelah orang-orang mulai lupa dan sibuk bekerja, yaitu pada waktu anak-anak unta bangun karena mulai panas tempat berbaringnya.” (HR. Muslim).
Berdasarkan hadist tersebut waktu utama Shalat Dhuha adalah diakhirkan yaitu ketika matahari telah mulai menyengat, pasir mulai panas sehingga panasnya dirasakan oleh kaki anak-anak unta. Jika menurut kondisi di Indonesia antara pukul 10-11.00, atau lebih dari itu tapi hati-hati terhadap waktu haram yang muncul sekitar pukul 11.30 sesuai waktu dzuhurnya. Pada waktu-waktu tersebut tubuh memerlukan energi dan harus bersiap menghadapi strees yang menempa.
Oleh karena itu pada waktu-waktu tersebut kita membutuhkan peregangan untuk kesiapan kita menyongsong hari penuh tantangan. Caranya adalah dengan melaksanakan shalat Dhuha. Jika tidak memungkinkan dikerjakan pada waktu-waktu utama, shalat dhuha bisa dilakukan di awal sebelum melakukan aktivitas harian.
Apa hubungannya peregangan dengan shalat Dhuha? Rasulullah Saw menyebutkan peregangan dengan ungkapan santun yaitu “Hak dari tiap persendian”. Seperti yang diriwayatkan Buraidah r.a bahwa Rasulullah Saw bersabda “Dalam tubuh manusia terdapat 360 persendian dan ia wajib bersedekah untuk tiap persendiannya.” Para sahabat bertanya , “Siapa yang sanggup, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ludah dalam masjid yang dipendamnya atau sesuatu yang disingkirkannya dari jalan. Jika ia tidak mampu, maka dua rakaat Dhuha sudah mencukupinya” (H.r. Ahmad dan Abu Dawud).
Dr. Ebrahim Kazim, seorang dokter, peneliti, serta direktur dari Trinidad Islamic Academy menyatakan, “Repeated and regular movements of the body during prayers improve muscle tone and power, tendon strength, joint flexibility and the cardio-vascular reserve.” Gerakan teratur dari shalat menguatkan otot berserta tendonnya, sendi serta berefek luar biasa terhadap sistem kardiovaskular.
Itulah peregangan dan persiapan untuk menghadapi tantangan, tapi bedanya dengan olah raga biasa adalah: pahalanya yang luar biasa! Abu Darda’ r.a meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla berfirman : “wahai anak adam, shalatlah untuk-ku empat rakaat dari awal hari, maka aku akan mencukupi kebutuhanmu (ganjaran) pada sore harinya” (shahih al-jami: 4339).
Selain sebagai peregangan untuk menyongsong hari yang penuh tantangan, Shalat Dhuaha mampu menghilangkan resiko stress yang timbul karena kesibukan yang kita lalui. Dengan melaksannakan Shalat Dhuha kita rehat sejenak dari segala aktifitas sehingga kita merasa rilek dan stres pun terhindarkan. Dr. Ibrahim Kazim menyatakan bahwa secara bersamaan, ketegangan di pikiran akan berkurang disebabkan komponen spiritual saat sholat, dengan adanya sekresi enkefalin, endorphin, dinorfin dan semacamnya “Simultaneously, tention is relieved in the main due to the spiritual component, assisted by the secretion of enkephalins, endorphins, dynorphins, and others.”
Enkefalin dan endorphin merupakan zat sejenis morfin, termasuk opiat. Efek keduanya tidak berbeda dengan opiat lainnya. Zat semacam ini meredakan ketegangan. Bedanya, enkefalin dan endorphin merupakan zat alami yang diproduksi oleh tubuh, sehingga lebih bermanfaat dan terkontrol. Jika morfin non-alami bisa memberi rasa tenang dan senang namun kemudian ketagihan dan memberikan efek negatif bagi tubuh, maka endorphin dan enkefalin tidak. Zat ini memberi rasa tenang, rileks, bahagia, lega secara alami. Hasilnya, seseorang tampak jauh lebih pede, optimis, hangat dan menyenangkan.
Marilah kita amalkan Shalat Dhuha sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah Swt dan rasakan manfaatnya yang luar biasa bagi kesehatan!
Posted by Unknown On 08.58 No comments READ FULL POST

Senin, 16 September 2013

Seorang muslimah, diperintahkan untuk menutup auratnya ketika keluar rumah, yaitu dengan mengenakan pakaian syari yang dikenal dengan jilbab atau hijab. Namun dalam kenyataan masih banyak di antara para muslimah yang belum mau memakainya. Ada yang dilarang oleh orang tuanya, ada yang beralasan belum waktunya atau nanti setelah pergi haji dan segudang alasan yang lain. Nah apa jawaban untuk mereka?

1. Saya Belum Bisa Menerima Hijab
Untuk ukhti yang belum bisa menerima hijab maka perlu kita tanyakan, “Bukankah ukhti sungguh-sungguh dan yakin dalam memeluk Islam, dan bukankah ukhti telah mengucapkan la ilaha illallah Muhammad rasulullah dengan yakin? Yang berarti menerima apa saja yang diperintahkan Allah Subhannahu wa Taala dan Rasulullah? Jika ya maka sesungguhnya hijab adalah salah satu syariat Islam yang harus dilaksanakan oleh para muslimah. Allah Subhannahu wa Taala telah memerintah kan para mukminah untuk memakai hijab dan demikian pula Rassulullah Shalallaahu alaihi wasalam memerintahkan itu. Jika anda beriman kepada Allah Subhannahu wa Taala dan Rasul-Nya, maka anda tentu akan dengan senang hati memakai hijab itu.

2. Saya Menerima Hijab, Namun Orang Tua Melarang.

Kalau saya tidak taat kepada orang tua, saya bisa masuk neraka. Kepada saudariku kita beritahukan bahwa memang benar orang tua memiliki kedudukan yang tinggi dan mulia, dan kita diperintahkan untuk berbakti kepada mereka. Namun taat kepada orang tua dibolehkan dalam hal yang tidak mengandung maksiat kepada Allah Subhannahu wa Taala , sebagaimana dalam firman-Nya, artinya,

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya,” (QS. Luqman:15)

Meskipun demikian kita tetap harus berbuat baik kepada kedua orang tua kita selama di dunia ini.
Inti permasalahannya adalah, bagaimana saudari taat kepada orang tua namun bermaksiat kepada Allah Subhannahu wa Taala dan Rasul-Nya, padahal Allah Subhannahu wa Taala adalah yang menciptakan anda, memberi nikmat, rizki, menghidupkan dan juga yang menciptakan kedua orang tua saudari?

3. Saya Tidak Punya Uang untuk Membeli Jilbab

Ada dua kemungkinan wanita muslimah yang mengucapkan seperti ini, yaitu mungkin dia berdusta dan mungkin juga dia jujur. Jika dalam kesehariannya dia mampu membeli berbagai macam pakaian dengan model yang beraneka ragam, mampu membeli perlengkapan ini dan itu, maka berarti dia telah bohong. Dia sebenarnya memang tidak berniat untuk membeli pakaian yang sesuai tuntunan syariat. Padahal pakaian syarØŒ¦i biasanya tidak semahal pakaian-pakaian model baru yang bertabarruj.

Maka apakah saudari tidak memilih pakaian yang seharusnya dikenakan oleh seorang wanita muslimah. Apakah anda tidak memilih sesuatu yang dapat menyelamatkan anda dari adzab Allah Subhannahu wa Taala dan kemurkaan-Nya? Ketahuilah pula bahwa kemuliaan seseorang bukan pada model pakaiannya, namun pada takwanya kepada Allah Subhannahu wa Taala . Dia telah berfirman, artinya,

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.” (QS. al-Hujurat:13)

Adapun jika memang anda seorang yang jujur, jika benar-benar saudari berniat untuk memakai jilbab maka Allah Subhannahu wa Taala akan memberikan jalan keluar. Allah Subhannahu wa Taala telah mengatakan, artinya,
“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. ath-Thalaq 2-3)

Kesimpulannya adalah bahwa untuk mencapai keridhaan Allah dan untuk mendapatkan surga, maka segala sesuatu akan menjadi terasa ringan dan mudah.

4. Cuaca Sangat Panas

Jika saudari beralasan bahwa cuaca sangat panas, kalau memakai jilbab rasanya gerah, maka saudari hendaklah selalu mengingat firman Allah Subhannahu wa Taala , artinya,
“Katakanlah, “Api neraka Jahannam itu lebih sangat panas(nya)” jikalau mereka mengetahui.”(QS. 9:81)

Apakah anda menginginkan sesuatu yang lebih panas lagi daripada panasnya dunia ini, dan bagaimana saudari menyejajarkan antara panasnya dunia dengan panasnya neraka? Yang dikatakan oleh Allah Subhannahu wa Taala , artinya,
“Mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman, selain air yang mendidih dan nanah.” (QS. 78:24-25)

Wahai saudariku, ketahuilah bahwa surga itu diliputi dengan berbagai kesusahan dan segala hal yang dibenci nafsu, sedangkan neraka dihiasi dengan segala yang disenangi hawa nafsu.

5. Khawatir Nanti Aku Lepas Jilbab Lagi

Ada seorang muslimah yang mengatakan, “Kalau aku pakai jilbab, aku khawatir nanti suatu saat melepasnya lagi.” Saudariku, kalau seseorang berpikiran seperti anda, maka bisa-bisa dia meninggalkan seluruh atau sebagian ajaran agama ini. Bisa-bisa dia tidak mau shalat, tidak mau berpuasa karena khawatir nanti tidak bisa terus melakukannya.

Itu semua tidak lain merupakan godaan dan bisikan setan, maka hendaklah suadari mencari sebab-sebab yang dapat menjadikan anda selalu beristiqamah. Di antaranya dengan banyak berdoa agar diberikan ketetapan hati di atas agama, bersabar dan melakukan shalat dengan khusyu. Allah Subhannahu wa Taala berfirman, artinya,

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu.” (QS. 2:45)

Jika saudari telah memegang teguh sebab-sebab hidayah dan telah merasakan manisnya iman maka saudari pasti tidak akan meninggalkan perintah Allah Subhannahu wa Taala , karena dengan melaksanakan itu anda akan merasa tentram dan nikmat.

6. Aku Takut Tidak Ada Yang Menikahiku
Saudariku! Sesungguhnya laki-laki yang mencari istri seorang wanita yang bertabarruj, membuka aurat dan senang melakukan berbagai kemaksiatan maka dia adalah laki-laki yang tidak memiliki rasa cemburu. Dia tidak cemburu terhadap yang diharamkan Allah Subhannahu wa Taala, tidak cemburu terhadapmu, dan tidak akan membantumu dalam ketaatan, menuju surga serta menyelamatkanmu dari neraka.

Jadilah engkau wanita yang baik, insya Allah Subhannahu wa Taala engkau mendapatkan suami yang baik pula. Engkau lihat berapa banyak wanita yang tidak berhijab, namun dia tidak menikah, dan engkau lihat berapa banyak wanita berjilbab yang telah menjadi seorang istri.

7. Kita Harus Bersyukur
“Oleh karena kecantikan merupakan nikmat dari Allah Subhannahu wa Taala, maka kita harus bersyukur kepada-Nya, dengan memperlihatkan keindahan tubuh, rambut dan kecantikan kita.” Mungkin ada di antara muslimah yang beralasan demikian.
Suadariku! Itu bukanlah bersyukur, karena bersyukur kepada Allah Subhannahu wa Taala bukan dengan cara melakukan kemaksiatan. Allah Subhannahu wa Taala berfirman,

“Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dada mereka, dan janganlah menampakkan perhiasan mereka.” (QS. an-Nur:31)

Dalam firman-Nya yang lain,
“Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mumin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. (QS.al-Ahzab:59)

Nikmat terbesar yang Allah Subhannahu wa Taala berikan kepada kita adalah iman dan Islam, jika anda ingin bersyukur kepada Allah maka perlihatkanlah kesyukuran itu dengan sesuatu yang disenangi dan diperintahkan Allah Subhannahu wa Taala, di antaranya adalah dengan mememakai hijab atau jilbab. Inilah syukur yang sebenarnya.

8.Belum Mendapatkan Hidayah

Ada sebagian muslimah yang mengatakan, “Saya tahu bahwa jilbab itu wajib, namun saya belum mendapatkan hidayah untuk memakainya.” Kepada saudariku yang yang beralasan demikian kami katakan, “Bahwa hidayah itu ada sebabnya sebagaimana sakit itu akan sembuh dengan sebab pula. Orang akan kenyang juga dengan sebab, yakni makan. Kalau anda setiap hari meminta kepada Allah agar ditunjukkan ke jalan yang lurus, maka anda harus berusaha meraihnya.Di antaranya, hendaklah anda bergaul dengan wanita yang baik-baik, ini merupakan sarana yang sangat efektif, sehingga hidayah dapat anda raih dan terus-menerus terlimpah kepada ukhti.

9.Aku Takut Dikira Golongan Sesat

Ketahuilah saudariku! Bahwa dalam hidup ini hanya ada dua kelompok, hizbullah (kelompok Allah) dan hizbusy syaithan (kelompok syetan). Golongan Allah adalah mereka yang senantiasa menolong agama Allah Subhannahu wa Taala, melakukan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. Sedangkan golongan setan sebaliknya selalu bermaksiat kepada Allah dan berbuat kerusakan di muka bumi. Dan ketika ukhti melakukan ketaatan, salah satunya adalah memakai hijab maka berarti ukhti telah menjadi golongan Allah, bukan kelompok sesat.

Sebaliknya mereka yang mengumbar aurat, bertabarruj, berpakaian mini dan yang semisal itu, merekalah yang sesat. Mereka telah terbius godaan syetan atau menjadi pengekor orang-orang munafik dan orang-orang kafir. Maka berbahagialah anda sebagai kelompok Allah Subhannahu wa Taala yang pasti menang.

Jilbab atau hijab adalah bentuk ibadah yang mulia, jangan sejajarkan itu dengan ocehan manusia rendahan. Dia disyariatkan oleh Penciptamu, kalau engkau taat kepada manusia dalam rangka bermaksiat kepada Allah Subhannahu wa Taala maka sungguh engkau akan binasa dan merugi. Mengapa engkau mau diperbudak oleh mereka dan meninggalkan ketaatan kepada Allah Subhannahu wa Taala Yang menciptakan, memberi rizki, menghidupkan dan mematikanmu?

Sumber: Buletin Darul Qasim
Posted by Unknown On 09.21 No comments READ FULL POST

Jumat, 13 September 2013

Sedekah Hukumnya sunah dengan dalil ayat alqur'an dan hadist, yaitu mustahab (dianjurkan) menyerahkannya dengan cara dirahasiakan, boleh diumumkan asal tidak disertai dengan riya atau yang sejenisnya yang akan merusak nilai sedekah. Satu-satunya alasan boleh mengumumkan sedekah adalah untuk tahadduts bin-ni'mah (motivasi, inspirasi) bagi orang lain.

Adapun dalil-dalil hukum sedekah adalah sebagai berikut. 

"Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya dijalan Allah) maka Allah akan memperlipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya kamu dikembalikan". (QS.Al-Baqarah[2]:245) 


"Siapa yang memberi makan orang yang lapar, Allah akan memberinya makan dengan buah-buah surga. Dan barangsiapa memberi minum seorang mukmin yang kehausan, Allah akan memberinya minum dari Ar-Rahiq Al-Makhtum pada hari kiamat. Siapa yang menutupi aurat seorang mukmin dengan pakaian, Allah akan memakaikannya dengan pakaian kemegahan surga".(HR.Abu Dawud, At-tirmidzi) 

"Sedekah dengan cara rahasia akan memadamkan murka Allah". (HR.Ath-Thabrani) 
Posted by Unknown On 08.36 No comments READ FULL POST

Kamis, 12 September 2013

Pada dasarnya kita ini manusia tidak berhak melihat keikhlasan seseorang, karena keikhlasan seseorang itu adalah hak manusia dengan Tuhan dan kita tidak berhak menghakimi, ataupun ber-kontroversi bahwa untuk bersedekah harus diam diam karena yang diam diam belum tentu ikhlas dan yang terang terangan belum tentu pamer.

Sedekah itu bagusnya terang-terangan atau diam-diam sih? Kenapa banyak yang doyaaaan banget bilang “Tangan kanan memberi, tangan kiri nggak boleh tahu”?

Sebenarnya dalam Al Qur’an banyak koq ayat yang membolehkan sedekah terang-terangan. 

"Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang – terangan maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (Q.S.2 ; 274)

Ada ayat lain yang membolehkan sedekah terang-terangan ; Q.S 13 ;22, Q.S 14 ;31, Q.S 16 ;75, dan Q.S 35 ; 29

“Tangan kanan memberi, tangan kiri tidak boleh tahu”. Kalimat ini menduduki peringkat ke 2 dalam kategori “alasan terbaik untuk tidak bersedekah” dalam kamus saya setelah alasan “biar dikit yang penting ikhlas”.

Entah kenapa kalimat itu jadi favorit bagi saya, tapi sepertinya banyak juga teman-teman yang sepaham dengan saya kala itu. Sampai-sampai mau memasukkan uang seribu rupiah ke kotak infak waktu sholat jum’at saja saya sampai menyimpan tangan kiri kedalam saku celana biar tangan kiri nggak tau… ( hehehe.. yang ini becanda )

Apa efeknya…? Tiap mau bersedekah atau mengajak orang lain bersedekah, kalimat itu selalu terngiang ditelinga sehingga selalu mengurungkan niat saya untuk bersedekah.

Setelah akhirnya kemudian seorang “Pencinta Sedekah” menjelaskan kepada saya bahwa hadits yang berbunyi “Tangan kanan memberi, tangan kiri tidak boleh tahu” itu sebenarnya lebih dimaksudkan untuk menjaga perasaan dan kemuliaan diri orang yang menerima sedekah.

Kemudian dia menunjukkan sebuah ayat menarik dari Al Qur’an yang mulia :

"Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku.” Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku”. Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim dan kamu TIDAK SALING MENGAJAK memberi makan orang miskin". (Q.S.Al Fajr 15-18 )

Nah, bagaimana caranya “tangan kiri” tidak boleh tahu kalau di Al Qur’an sendiri kita malah diharuskan mengajak sang “tangan kiri” (orang lain)?

Ada ayat lain tentang sedekah terang-terangan :

"Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan TERANG-TERANGAN, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." ( Al Baqarah 274 )

Ayat lain tentang sedekah terang-terangan : Ar Ra’d.22, Ibrahim 31, An Nahl.75, dan Al Faathir 29,.

Yang tidak boleh itu adalah menyiarkan ke orang lain bahwa kita telah menyedekahi si Anu sekian, si Fulan sekian sehingga membuat mereka (yang menerima sedekah) merasa malu pada orang-orang.

Salah satu manfaat sedekah terang-terangan ialah kita bisa memotivasi orang lain untuk ikut bersedekah dan kita juga mendapat kebaikan dari orang yang bersedekah karena ajakan kita tanpa mengurangi sedikitpun kebaikan dari orang itu sendiri. Mantap nggak tuh..?

Nah, karena sudah paham, sekarang saatnya saya mengajak “tangan kiri” untuk ikut bersedekah…
Posted by Unknown On 08.57 No comments READ FULL POST

Rabu, 11 September 2013

Sedekah kepada non Muslim boleh boleh saja, dengan syarat, non Muslim tersebut tidak memerangi Islam, tidak mengganggu atau menyakiti umat Islam.  Sehingga sedekah yang ia berikan tidak menjadi dana yang memperkuat usaha mereka untuk menghancurkan Islam.  Allah Ta'ala mewahyukan:

Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya.  Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan).  (Al-Baqarah, 2:272)

            Imam Qurthubi ketika menafsirkan ayat ini menyatakan bahwa dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa sedekah kepada non muslim adalah boleh boleh saja.

 Dalam sebuah Hadis Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam mengajarkan setiap Muslim untuk berbuat baik kepada siapa pun bahkan terhadap hewan.  Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam bersabda:

بَيْنَا رَجُلٌ يَمْشِيْ فَاشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ، فنَزَلَ بِئْراً فشَرِبَ مِنْهَا، ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا هُوَ بِكَلْبٍ يَلْهَثُ يَأْكُلُ الثَّرَى مِنَ الْعَطَشِ، فَقَالَ: لَقَدْ بَلَغَ هذَا مِثْلُ الَّذِيْ بَلَغَ بِيْ. فَمَلأَ خُفَّهُ ثُمَّ أَمْسَكَهُ بِفِيْهِ، ثُمَّ رَقِيَ فَسَقَى الْكلْبَ، فشَكَرَ اللهُ لهُ فغَفَرَ لَهُ. قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَإِنَّ لَنَا فِيْ الْبَهَائِمِ أَجْراً ؟ قَالَ: فِيْ كُلِّ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ

Seorang pria yang sedang berjalan tiba-tiba kehausan.  Ia turun ke dasar sumur dan meminum airnya dan kembali ke mulut sumur.  Sampai di atas, ia melihat seekor anjing menjulur julurkan lidahnya memakan pasir karena kehausan.  Ia pun berkata, “Anjing ini sangat kehausan, persis seperti diriku.”  Ia lalu turun ke dasar sumur, memenuhi sepatunya dengan air, memegang sepatu itu dengan menggigitnya, kemudian ia kembali ke mulut sumur dan memberi anjing tersebut minum.  Allah pun membalas kebaikannya dan mengampuninya.”  Parasahabat lantas bertanya, “Duhai Rasulullah, apakah kami mendapat pahala atas perbuatan baik kami kepada hewan?”  Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam pun menjawab, “Sesungguhnya (kalian) mendapatkan pahala atas perbuatan baik kepada setiap yang bernyawa."  (HR Bukhari)
Posted by Unknown On 08.55 No comments READ FULL POST

Selasa, 10 September 2013

KEMATIAN BISA DIUNDUR

Kematian memang di tangan Allah. Maka ada satu hal yang bisa membuat kematian menjadi sesuatu yang bisa ditunda, yaitu kemauan bersedekah, kemauan berbagi dan peduli.

SUATU hari, Malaikat Kematian mendatangi Nabiyallah Ibrahim, dan bertanya, “Siapa anak muda yang tadi mendatangimu wahai Ibrahim?”

“Yang anak muda tadi maksudnya?” tanya Ibrahim. “Itu sahabat sekaligus muridku.”

“Ada apa dia datang menemuimu?”
“Dia menyampaikan bahwa dia akan melangsungkan pernikahannya besok pagi.”

“Wahai Ibrahim, sayang sekali, umur anak itu tidak akan sampai besok pagi.” Habis berkata seperti itu, Malaikat Kematian pergi meninggalkan Nabiyallah Ibrahim. Hampir saja Nabiyallah Ibrahim tergerak untuk rriemberitahu anak muda tersebut, untuk menyegerakan pernikahannya malam ini, dan memberitahu tentang kematian anak muda itu besok. Tapi langkahnya terhenti. Nabiyallah Ibrahim memilih kematian tetap menjadi rahasia Allah.

Esok paginya, Nabiyallah Ibrahim ternyata melihat dan menyaksikan bahwa anak muda tersebut tetap bisa melangsungkan pernikahannya.

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun, Nabiyallah Ibrahim malah melihat anak muda ini panjang umurnya.

Hingga usia anak muda ini 70 tahun, Nabiyallah Ibrahim bertanya kepada Malaikat Kematian, apakah dia berbohong tempo hari sewaktu menyampaikan bahwa anak muda itu umurnya tidak akan sampai besok pagi? Malaikat Kematian menjawab bahwa dirinya memang akan mencabut nyawa anak muda tersebut, tapi Allah menahannya.

“Apa gerangan yang membuat Allah menahan tanganmu untuk tidak mencabut nyawa anak muda tersebut, dulu?”

“Wahai Ibrahim, di malam menjelang pernikahannya, anak muda tersebut menyedekahkan separuh dari kekayaannya. Dan ini yang membuat Allah memutuskan untuk memanjangkan umur anak muda tersebut, hingga engkau masih melihatnya hidup.”

Saudara-saudaraku, pembaca “Kajian WisataHati” dimanapun Anda berada, kematian memang di tangan Allah. justru itu, memajukan dan memundurkan kematian adalah hak Allah. Dan Allah memberitahu lewat kalam Rasul-Nya, Muhammad shalla `alaih bahwa sedekah itu bisa memanjangkan umur. jadi, bila disebut bahwa ada sesuatu yang bisa menunda kematian, itu adalah…sedekah.

Maka, tengoklah kanan-kiri Anda, lihat-lihatlah sekeliling Anda. Bila Anda menemukan ada satu-dua kesusahan tergelar. maka sesungguhnya Andalah yang butuh pertolongan. Karena siapa tahu kesusahan itu digelar Allah untuk memperpanjang umur Anda. Tinggal apakah Anda bersedia menolongnya atau tidak. Bila bersedia, maka kemungkinan besar memang Allah akan memanjangkan umur Anda.

Saudara-saudaraku sekalian, tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan ajalnya akan sampai. Dan, tidak seseorangpun yang mengetahui dalam kondisi apa ajalnya tiba. Maka mengeluarkan sedekah bukan saja akan memperpanjang umur, melainkan juga memungkinkan kita meninggal dalam keadaan baik. Bukankah sedekah akan mengundang cintanya Allah? Sedangkan kalau seseorang sudah dicintai oleh Allah, maka tidak ada masalahnya yang tidak diselesaikan, tidak ada keinginannya yang tidak dikabulkan, tidak ada dosanya yang tidak diampunkan, dan tidak ada nyawa yang dicabut dalam keadaan husnul khatimah.

Mudah-mudahan Allah berkenan memperpanjang umur, sehingga kita semua berkesempatan untuk mengejar ampunan Allah dan mengubah segala kelakuan kita, sambil mempersiapkan kematian datang.

Sampai ketemu di pembahasan berikutnya. Insya Allah, kita masih membahas “sedikit tentang menunda umur, tapi kaitannya dengan kesulitan-kesulitan hidup yang kita hadapi “.
Posted by Unknown On 08.50 No comments READ FULL POST

Senin, 09 September 2013

Sedekah semuanya baik, namun antara satu dengan yang lain berbeda keutamaan dan nilainya, tergantung niat, kondisi orang yang bersedekah dan kepentingan proyek atau sasaran sedekah. Di antara sedekah yang utama menurut Islam adalah sbb:
1.  Sedekah Sirriyyah

Sedekah sirriyyah adalah sedekah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Sedekah ini sangat utama karena lebih mendekati ikhlas dan selamat dari sifat riya’. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Jika kamu Menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu.” (QS. Al Baqarah: 271)

Perlu diketahui, bahwa yang utama untuk disembunyikan adalah pada sedekah kepada fakir dan miskin. Hal ini, karena ada banyak jenis sedekah yang mau tidak mau harus ditampakkan, seperti membangun masjid, membangun sekolah, jembatan, membuat sumur, membekali pasukan jihad dan sebagainya.

Di antara hikmah menyembunyikan sedekah kepada fakir miskin adalah untuk menutupi aib saudara kita yang miskin tersebut. Sehingga tidak tampak di kalangan manusia serta tidak diketahui kekurangan dirinya. Tidak diketahui bahwa tangannya berada di bawah dan bahwa dia orang yang tidak punya. Hal ini merupakan nilai tambah tersendiri dalam berbuat ihsan kepada fakir-miskin. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memuji sedekah sirriyyah, memuji pelakunya dan memberitahukan bahwa dia termasuk tujuh golongan yang dinaungi Allah Subhanahu wa Ta’ala nanti pada hari kiamat.
2.  Sedekah Dalam Kondisi Sehat

Bersedekah dalam kondisi sehat lebih utama daripada berwasiat ketika sudah menjelang ajal, atau ketika sudah sakit parah dan sulit diharapkan kesembuhannya. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki yang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Wahai Rasulullah, sedekah apa yang paling utama?” Beliau menjawab:

« أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ شَحِيحٌ ، تَخْشَى الْفَقْرَ وَتَأْمُلُ الْغِنَى ، وَلاَ تُمْهِلُ حَتَّى إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ قُلْتَ : لِفُلاَنٍ كَذَا ، وَلِفُلاَنٍ كَذَا ، وَقَدْ كَانَ لِفُلاَنٍ » .

“Engkau bersedekah dalam kondisi sehat dan berat mengeluarkannya, dalam kondisi kamu khawatir miskin dan mengharap kaya. Maka janganlah kamu tunda, sehingga ruh sampai di tenggorokan, ketika itu kamu mengatakan, “Untuk fulan sekian, untuk fulan sekian, dan untuk fulan sekian.” Padahal telah menjadi milik si fulan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3.  Sedekah Setelah Kebutuhan Wajib Terpenuhi

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan.” Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir.” (QS. Al Baqarah: 219)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

خَيْرُ الصَّدَقَةِ مَا كَانَ عَنْ ظَهْرِ غِنًى ، وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ

“Sedekah yang terbaik adalah yang dikeluarkan selebih keperluan, dan mulailah dari orang yang kamu tanggung.” (HR. Bukhari)
4. Sedekah dengan Kemampuan Maksimal

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَفْضَلُ الصَّدَقَةِ جُهْدُ الْمُقِلِّ وَ ابْدَأْ بِمَنْ تَعُوْلُ

“Sedekah yang paling utama adalah sedekah maksimal orang yang tidak punya, dan mulailah dari orang yang kamu tanggung.” (HR. Abu Dawud dan Hakim, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 1112)

Imam al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah berkata, “Hendaknya seorang memilih untuk bersedekah dengan kelebihan hartanya, dan menyisakan secukupnya untuk dirinya karena khawatir terhadap fitnah fakir (kemiskinan). Sebab, boleh jadi dia akan menyesal atas apa yang dia lakukan (dengan berinfak seluruh atau melebihi separuh harta) sehingga merusak pahala. Sedekah dan kecukupan hendaknya selalu eksis dalam diri manusia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengingkari Abu Bakar yang keluar dengan seluruh hartanya, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tahu persis kuatnya keyakinan Abu Bakar dan kebenaran tawakkalnya, sehingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak khawatir fitnah itu menimpanya sebagaimana Beliau khawatir terhadap selain Abu Bakar. Bersedekah dalam kondisi keluarga sangat butuh dan kekurangan, atau dalam keadaan menanggung banyak utang bukanlah sesuatu yang dikehendaki dari sedekah itu. Karena membayar utang dan memberi nafkah keluarga atau diri sendiri yang memang butuh adalah lebih utama. Kecuali jika memang dirinya sanggup untuk bersabar dan membiarkan dirinya mengalah meskipun sebenarnya membutuhkan sebagaimana yang dilakukan Abu Bakar dan itsar (mendahulukan orang lain) yang dilakukan kaum Anshar terhadap kaum muhajirin.”

Oleh karena itu, para ulama mensyaratkan bolehnya bersedekah dengan semua harta apabila orang yang bersedekah kuat, mampu berusaha, bersabar, tidak berutang dan tidak ada orang yang wajib dinafkahi di sisinya. Ketika syarat-syarat ini tidak ada, maka bersedekah ketika itu adalah makruh.
5. Menafkahi anak-istri

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

« دِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِى رَقَبَةٍ وَدِينَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِينٍ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ أَعْظَمُهَا أَجْرًا الَّذِى أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ » .

“Ada dinar yang kamu infakkan di jalan Allah, dinar yang kamu infakkan untuk memerdekakan budak dan dinar yang kamu sedekahkan kepada orang miskin. Namun dinar yang kamu keluarkan untuk keluargamu (anak-isteri) lebih besar pahalanya.” (HR. Muslim)
6. Bersedekah Kepada Kerabat

Disebutkan bahwa Abu Thalhah radhiyallahu ‘anhu memiliki kebun kurma yang sangat indah dan sangat dia cintai, namanya Bairuha’. Ketika turun ayat:

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.” (QS. Ali Imran: 92)

Maka Abu Thalhah mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengatakan bahwa Bairuha’ diserahkan kepada Beliau, untuk dimanfaatkan sesuai kehendak Beliau. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyarankan agar ia membagikan bairuha’ kepada kerabatnya. Maka Abu Thalhah melakukan apa yang disarankan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan membagikannya untuk kerabat dan keponakannya (HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

اَلصَّدَقَةُ عَلَى الْمِسْكِيْنِ صَدَقَةٌ وَ هِيَ عَلَى ذِي الرَّحِمِ اثْنَتَانِ  :  صَدَقَةٌ وَ صِلَةٌ

“Bersedekah kepada orang miskin adalah satu sedekah, dan kepada kerabat ada dua (kebaikan); sedekah dan silaturrahim.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah dan Hakim, Shahihul Jami’ no. 3858)

Secara lebih khusus, setelah menafkahi keluarga yang menjadi tanggungan adalah memberikan nafkah kepada dua kelompok:

A. Anak yatim yang masih ada hubungan kerabat.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Tetapi Dia tidak menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. Tahukah kamu apa jalan yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, atau memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau kepada orang miskin yang sangat fakir. (QS. Al Balad: 11-16)

B. Kerabat yang memendam permusuhan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَفْضَلُ الصَّدَقَةِ الصَّدَقَةُ عَلَى ذِي الرَّحِمِ الْكَاشِحِ

“Sedekah yang paling utama adalah sedekah kepada kerabat yang memendam permusuhan.” (HR. Ahmad dan Thabrani dalam al-Kabir, Shahihul Jami’ no. 1110)
7. Bersedekah Kepada Tetangga

Dalam suratAn Nisaa’ ayat 36 disebutkan perintah berbuat baik kepada tetangga, baik yang dekat maupun yang jauh. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda kepada Abu Dzar:

« يَا أَبَا ذَرٍّ إِذَا طَبَخْتَ مَرَقَةً فَأَكْثِرْ مَاءَهَا وَتَعَاهَدْ جِيرَانَكَ » .

“Wahai Abu Dzar! Jika kamu memasak sop, maka perbanyaklah kuahnya, lalu bagilah sebagiannya kepada tetanggamu.” (HR. Muslim)
8. Bersedekah Untuk Jihad fii Sabilillah
9. Bersedekah Kepada Kawannya yang Berada di Jalan Allah

Kedua hal di atas (no. 8 dan 9) berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

« أَفْضَلُ دِينَارٍ يُنْفِقُهُ الرَّجُلُ دِينَارٌ يُنْفِقُهُ عَلَى عِيَالِهِ وَدِينَارٌ يُنْفِقُهُ الرَّجُلُ عَلَى دَابَّتِهِ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَدِينَارٌ يُنْفِقُهُ عَلَى أَصْحَابِهِ فِى سَبِيلِ اللَّهِ »

“Dinar yang paling utama adalah dinar yang dikeluarkan seseorang untuk menafkahi keluarganya, dinar yang dikeluarkan untuk kendaraannya (yang digunakan) di jalan Allah dan dinar yang dikeluarkan kepada kawannya di jalan Allah.” (HR. Muslim)

مَنْ جَهَّزَ غَازِياً فِى سَبِيلِ اللَّهِ فَقَدْ غَزَا ، وَمَنْ خَلَفَ غَازِياً فِى سَبِيلِ اللَّهِ بِخَيْرٍ فَقَدْ غَزَا

“Barang siapa mempersiapkan (membekali) orang yang berperang, maka sungguh ia telah berperang. Barang siapa yang menanggung keluarga orang yang berperang, maka sungguh ia telah berperang.” (HR. Bukhari dan Muslim)
10. Sedekah Jariyah

Sedekah jariyah adalah sedekah yang pahalanya terus mengalir meskipun ia sudah meninggal. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Apabila cucu Adam meninggal, maka terputuslah seluruh amalnya kecuali tiga; sedekah jariyah, ilmu yang dimanfa’atkan atau anak shalih yang mendo’akan (orang tua)nya.” (HR. Muslim)

Termasuk sedekah jariyah adalah waqf, pembangunan masjid, madrasah, pengadaan sarana air bersih, menggali sumur, menanam pohon agar buahnya dapat dimanfaatkan banyak orang dan proyek-proyek lain yang dimanfaatkan secara berkelanjutan oleh masyarakat.

Imam as-Suyuthiy membuatkan sya’ir menyebutkan hal-hal yang bermanfaat bagi seorang sesudah meninggalnya:

اِذَا مَاتَ ابْنُ ادَمَ يَجْرِي  عَلَيْهِ مِنْ فِعَالٍ غَيْرِ عَشْرٍ

عُلُوْمٍ بَثَّهَا وَدُعَاءِ نَجْلٍ  وَغَرْسِ النَّخْلِ وَالصَّدَقَاتُ تَجْرِي

وَرَاثَةِ مُصْحَفٍ وَرِبَاطِ ثَغْرٍ   وَحَفْرِ الْبِئْرِ أَوْ إِجْرَاءِ نَهْرٍ

وَبَيْتٍ لْلْغَرِيْبِ بَنَاهُ يَأْوِى    إلِيْهِ أَوْ بِنَاءِ مَحَلِّ ذِكْرٍ

“Apabila cucu Adam Adam meninggal, maka mengalirlah kepadanya sepuluh perkara;,
Ilmu yang disebarkannya, doa anak saleh, pohon kurma yang ditanamnya serta sedekahnya yang mengalir,
Mushaf yang diwariskan dan menjaga perbatasan,
Menggali sumur, mengalirkan sungai, rumah untuk musafir yang dibangunnya atau membangun tempat ibadah.”
Posted by Unknown On 13.51 No comments READ FULL POST
  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube

Kategori

Arsip

About

Twitter Timeline